Beranda | Artikel
Kiat Shalat Khusyuk #08
Senin, 20 Januari 2020

Baca pembahasan sebelumnya: Kiat Shalat Khusyuk #07

Di antara kiat shalat khusyuk lainnya adalah merenungkan Alquran yang dibaca disebut dengan tadabbur. Ada kiat-kiat menarik ada Ibnul Qayyim yang disebutkan dalam tulisan kali ini.

 

Kedua puluh sembilan: Mentadabburi Alquran dalam shalat mendatangkan kekhusyukan

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisaa’: 82)

Juga dalam ayat,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. Adapun jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:327)

Baca Juga: Tadabbur Ayat Laut

Ibnul Qayyim menyatakan, “Apabila engkau ingin memetik manfaat dari Alquran, maka fokuskan hatimu saat membaca dan mendengarkannya. Pasang baik-baik telingamu dan berposisilah seperti posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang memfirmankannya. Kesempurnaan efek bergantung pada faktor pemberi pengaruh yang efektif, tempat yang kondusif, terpenuhinya syarat, terwujudnya pengaruh, dan ketiadaan faktor yang menghalanginya. Semua ini telah terkandung dalam firman Allah,

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37).

Dari awal surah Qaf hingga ayat ke-37 ini namanya faktor pemberi pengaruh.

Firman-Nya: Bagi orang yang punya hati, berarti hati yang hidup. Ini representasi dari tempat yang hidup. Sebagaimana disebutkan pula dalam surah,

لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ

Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS. Yasin: 70)

Firman-Nya “atau yang menggunakan pendengarannya”, maksudnya mengarahkan pendengarannya dan memasang indra dengarnya pada apa yang diucapkan padanya. Ini syarat terwujudnya pengaruh.

Firman-Nya “sedang dia menyaksikannya” maksudnya, hatinya menyaksikan, hadir dan tidak ke mana-mana, serta mendengarkan kitab Allah. Orang yang hatinya menyaksikan dan memahami, hatinya tidak lupa maupun lalai. Ini menunjukkan untuk tadabbur Alquran harus menghilangkan faktor yang menghalangi, yaitu kelalaian dan tidak hadirnya hati dari apa yang diucapkan padanya, dari memerhatikan dan merenungkannya.

Baca Juga: Apa Hikmah Allah Mengatur Hujan, Malam Siang, serta Menciptakan Hewan?

Bila ada faktor pengaruh yaitu Alquran, tempat yang kondusif yaitu hati yang hidup, syarat juga terpenuhi yaitu mendengarkan dengan seksama, faktor penghalang tidak ada yaitu kelalaian dan memahami maksud ucapan, dan berpaling pada sesuatu yang lain, niscaya muncul pengaruh, yaitu kemampuan mengambil manfaat dan mengambil peringatan.” Lihat Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim, hlm. 5, 6, 156; dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 225-226.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Alquran adalah sumber kehidupan hati dan obat untuk apa yang ada di dalam dada. Globalnya, tak ada yang lebih bermanfaat bagi hati dibanding membaca Alquran dengan tadabbur dan tafakkur. Cara membaca inilah yang bisa melahirkan cinta, kerinduan, rasa takut, harapan, taubat, tawakkal, rida, penyerahan diri, syukur, dan sabar serta keadaan-keadaan lain yang menjadi sumber kehidupan dan kesempurnaan hati. Selain itu juga mencegah dari semua sifat dan perbuatan tercela yang menjadi sebab kerusakan dan kebinasaan hati. Seandainya manusia mengetahui manfaat besar dalam membaca Alquran dengan tadabbur, niscaya mereka akan mengutamakannya dari hal-hal yang lain. Pasalnya, apabila hamba membaca Alquran sembari merenungkannya ketika ia melewati satu ayat yang ia butuhkan untuk menyembuhkan hatinya, ia akan mengulang-ulangi ayat ini meskipun seratus kali, dan walaupun semalam suntuk. Maka membaca satu ayat sembari merenungkan dan memahami lebih baik dibanding membaca hingga khatam tanpa diiringi tadabbur dan pemahaman, juga lebih bermanfaat bagi hati dan lebih berpotensi memunculkan keimanan serta mencicipi lezatnya iman dan Alquran. Ini kebiasaan kaum salaf. Salah seorang dari mereka biasa mengulang-ulang satu ayat tertentu hingga pagi. Telah disebutkan di depan bahwa terbukti sahih diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau shalat malam dengan hanya membaca satu ayat yang beliau ulang-ulang hingga pagi. Ayat tersebut adalah firman Allah,

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 118). Lihat Miftah Dar As-Sa’adah, 1:553-554; dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 226-227.

Ibnul Qayyim pernah menyebutkan lima penghalang yang bisa menghalangi dari merenungkan Alquran yaitu: (1) angan-angan, (2) banyak bergaul, (3) bergantung pada selain Allah, (4) banyak makan atau mengonsumsi yang haram, (5) banyak tidur. Inilah faktor-faktor perusak hati. Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Madarij As-Salikin, 1:451-459; dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 228.

Tujuan diturunkannya Alquran adalah untuk direnungkan (tadabbur). Oleh karenanya ada ungkapan, hancurnya Islam itu karena empat kelompok manusia:

  1. Kelompok yang tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui.
  2. Kelompok yang beramal tanpa ilmu.
  3. Kelompok yang tidak beramal dan tidak berilmu.
  4. Kelompok yang menghalangi manusia dari belajar. (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:490. Dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 228)

Seorang muslim perlu waspada dari menjauhi Alquran (hajrul quran), di mana ada lima macam:

  1. Menjauhi Alquran dengan tidak mendengarkannya, tidak mengimaninya, dan tidak menyimaknya.
  2. Menjauhi Alquran dengan tidak mengamalkannya dan tidak mematuhi halal dan haramnya, walaupun ia membaca dan mengimaninya.
  3. Menjauhi Alquran dengan tidak menjadikannya hukum dan berperkara kepada Alquran terkait masalah ushul ad-diin dan furu’ (pokok dan cabangnya).
  4. Menjauhi Alquran dengan tidak mentadabburinya, memahaminya, dan mempelajarinya sebagaimana yang Allah inginkan.
  5. Menjauhi Alquran dengan tidak menggunakannya sebagai penawar dan obat untuk setiap penyakit hati dan fisik.

Kelima model meninggalkan Alquran (hajrul quran) ini masuk dalam peringatan firman Allah,

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30). Mesikpun sebagiannya lebih ringan dari yang lain. Lihat Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim, 5, 6, 156. Dinukil dari Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah, hlm. 228-229.

Baca Juga: Keadaan Hati Saat Membaca Al Quran

Referensi Utama:

Al-Khusyu’ fii Ash-Shalah fii Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1434 H. Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani.

 

 


 

Diselesaikan di perjalanan Panggang – Jogja, 20 Januari 2020 – 24 Jumadal Ula 1441 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/23148-kiat-shalat-khusyuk-08.html